Berlibur ke Danau Toba tidak pas rasanya bila tidak ke Pulau
Samosir, disana banyak tempat yang dapat Anda akan kunjungi. Daratan
yang berada ditengah-tengah perairan toba tersebut merupakan pusatnya
peradaban suku Batak Sumatera Utara. Di Samosir terdapat bebarapa objek
wisata yang menarik. Tomok misalnya, adalah sebuah desa yang berada di
Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumutara Utara. Tomok
merupakan pintu masuk Pulau Samosir. Di Tomok terdapat obejek wisata
sejarah, yaitu, Makam Raja Sidabutar. Makam tersebut telah berusia
ratusan tahun. karena keunikannyalah Pemerintah Kabupaten Samosir
menjadikan makam ini sebagai salah satu destinasi andalan yang ada di
Samosir. Keunikan makam inipun menjadi daya tarik sendiri bagi para
wisatawan domestik maupun mancanegara.
Sejarah Makam Raja Sidabutar
Siapa Raja Sidabutar? Ya, sejarah mencatat, Raja Sidabutar merupakan
orang pertama yang mengijakkan kakinya di tanah batak Tomok dan
merupakan nenek moyang bagi etnis Batak. Ratusan tahun lalu Raja
Sidabutarlah yang membangun pemukiman di daerah tersebut. Seiring
dengan berjalannya waktu penyebaran pemukiman masyarakatnya daerah
Tomok pun meluas hingga sekarang dengan seiring dengan perkembangan
generasinya.
Selain itu, Raja Sidabutar juga merupakan seorang penguasa di tanah
Tomok pada masa itu, meski daerah kekuasaannya tidak sebesar Raja
lainnya, kekuasaan Raja Sidabutar juga sangat berpengaruh bagi
masyarakatnya. Dalam adat Batak, kekuasaan seorang Raja di ibaratkan
kepala desa atau pemuka adat yang terpandang. Kekuasaan Raja Sidabutar
tersebut bukanlah kekuasaan yang absolut seperti kekuasaan Raja pada
umumnya.
Dari Tomok ini kawasan antara satu situs sejarah dengan situs sejarah
lainnya sangatlah berdekatan. Terlertak di satu komplek. Disekitar Makam
terdapat banyak kedai yang menjajakan berbagai macam kerajinan tangan
masyarakat di Pulau Samosir. Bagi Anda yang ingin berbealanja di sini
pintar pintarlah menawar. Kepintaran Anda menawar menentukan berapa
banyak barang yang akan Anda bawa pulang. Hehehe
Makam Raja Sidabutar memiliki keunikan tersendiri dengan arsitekturnya
yang menyerupai sarkofagus (batu kubur) yang dipahat. Batu pahatan
tersebut ini terlihat seperti tersambung. Bagian depan peti terdapat
pahatan yang menyerupai wajah Raja Sidabutar. Dibagian atas peti
terdapat sebuah kain menyerupai pita dengan tiga warna yaitu merah,
hitam dan putih. Warna tersebut merupakan warna khusus yang
menggambarkan kehidupan Masyarakat Suku Batak.
Sekitar Makam Raja Sidabutar terdapat tiga kuburan Raja beserta beberapa kuburan kerabatnya. Raja yang pertama dan raja yang kedua masih berkeyakinan Parmalim (animisme). Inilah keyakinan yang dimiliki Masyarakat Suku Batak di Samosir hingga datang misionaris Jerman ke Samosir. Ya, Nomensen, seorang misionaris dari Jerman berhasil menyebarkan Agama Kristen di tanah Batak pada tahun (1881). Berbeda dengan Raja pertama dan kedua, Raja ke tiga yaitu Raja Solompoan Sidabutar sudahlah memeluk agama Kristen. Hal ini terlihat dari kuburannya yang sudah menggunakan ornamen salib diatas makamnyanya.
Sekitar Makam Raja Sidabutar terdapat tiga kuburan Raja beserta beberapa kuburan kerabatnya. Raja yang pertama dan raja yang kedua masih berkeyakinan Parmalim (animisme). Inilah keyakinan yang dimiliki Masyarakat Suku Batak di Samosir hingga datang misionaris Jerman ke Samosir. Ya, Nomensen, seorang misionaris dari Jerman berhasil menyebarkan Agama Kristen di tanah Batak pada tahun (1881). Berbeda dengan Raja pertama dan kedua, Raja ke tiga yaitu Raja Solompoan Sidabutar sudahlah memeluk agama Kristen. Hal ini terlihat dari kuburannya yang sudah menggunakan ornamen salib diatas makamnyanya.
Nah, bagi Anda yang ingin memasuki komplek pemakaman Raja Sidabutar
terlebih dahulu haruslah memakai ulos yang disediakan oleh penjaga
makam di gerbang masuk komplek. Hal ini merupakan sebuah penghormatan
kepada leluhur etnis Batak. Penggunaan ulos ini dengan cara
menyelempangkan ke bahu Anda secara menyilang. Setibanya Anda di dalam
mintalah Pemandu Wisata lokal untuk menceritakan sejarah singkat Makam
Sidabutar tersebut. Tentunya, dengan tarif seikhlas hati.
